Akhir Kisah Lontong Kari
Kesini dulu ya Kamu dan Lontong Kari
Pagi itu aku kembali ke warung lontong kari lagi, kali ini sendiri. Kupesan dua piring, sekedar untuk mengingat aku pernah disini denganmu.
Sesendok demi sesendok kumakan lontong kariku, sesekali juga sesendok dari piring kedua seperti denganmu dulu. Bedanya kali ini hanya sepiring yg habis, aku seperti merasa beban hidup tak habis kunikmati sendiri. Sama seperti sepiring lontong kari ini, yang dulu kunikmati denganmu.
Rasanya baru kemaren kita merancang masa depan, yang sekarang kamu bangun dengan orang lain.
Masa depan yang dulu aku semogakan sekarang hanya bisa kujadikan draft yang tidak bisa diwujudkan, denganmu.
Tak apalah, bunga tak sekuntum kumbang tak seekor. Patah tumbuh hilang berganti, belum patah sudah tumbuh belum hilang sudah berganti.
Aku tidak berusaha melupakanmu, aku akan tetap berkabar, menyukai unggahan fotomu di instagram, meretweet tweet mu di twitter.
Aku akan tunjukkan kehilangan tidak membuat rapuh, ia mengajariku melangkah lebih jauh. Kamu tenang saja, kamu tidak meninggalkan seorang yang lemah.
Bahagialah kamu dengannya, biar aku disini. Melatih diri menikmati dua piring lontong kari, sendiri. Sampai kuat, sampai tangguh, sampai mampu kunikmati sendiri dua piring lontong kari. Atau sampai kutemukan tangan lain yg bisa menikmati lontong kari denganku, seperti denganmu.
Ah sudahlah, lontong kariku sudah dingin. Aku mau cukup kamu saja yang hilang dari lontong kariku, kehangatannya jangan.
Sampai sini, akhir kisah kita dan lontong kari. Terimakasih pernah membuat pagiku segurih lontong kari.